Kamis, 23 Desember 2010

Twibout: PUGS

Yah, sebelum hilang dimakan timeline *halah*, sebaiknya kita amankan!
Ini twibout (twit about) PUGS tanggal 18 Desember 2010

  • Woghh... sudah dibilangin berapa ratus kali kalau "4 sehat 5 sempurna" sudah tidak ada lagi di dunia ini.
  • Jadi, slogan "4 sehat 5 sempurna" itu sudah dikenal sejak tahun 1950. Bahwa, makanan yg bergizi adalah yg memenuhi "4 sehat 5 sempurna"
  • Nah, karena kita makin pintar, "4 sehat 5 sempurna" sudah tidak lagi relevan. Dan tahun 1994, berubah menjadi "Pedoman Umum Gizi Seimbang"
  • Dan akhirnya, pada tahun 2002, disempurnakan lagi menjadi "13 Pedoman Umum Gizi Seimbang"
  • Yes, Thirteen, lucky number. 1. Makanlah Aneka Ragam Makanan. Jangan seperti kura2 saya, makannya pelet aja :))
  • 2. Makanlah makanan u/ memenuhi kecukupan energi u/ kegiatan sehari-hari. Jgn makan porsi kuli tapi cuma tidur seharian :))
  • 3. Makanlah mknn smbr karbohidrat (nasi,mie,roti,ubi,dll) 1/2 dr kbthan energi. Ini pke hitungan dikit, tanya lbh lanjut, bayar
  • 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak, 1/4 dr kcukupan energi. Klo tanya ttg tweet sebelum ini, bonus tanya ini juga dah
  • 5. Gunakan garam beryodium. Selain gondok, kekurangan yodium juga berdampak pada tingkat kecerdasan loh tweeps...
  • Nah, yg jrg diketahui, yodium itu zat yg mudah menguap. So, penggunaan garam beryodium baiknya sesaat sebelum makanan disantap
  • 6. Makanlah makanan sumber zat besi. Apalagi umur2 remaja seperti saya, butuh banget... Jangan makan besinya tweeps
  • Smbr zat besi: bhn pangan hewani, kacang2an, sayuran hijau. Tp, perlu diingat, yg plg baik diserap itu yg dr hewani (daging, ikan, telur)
  • 7. Berikan ASI pada bayi sampai umur 6 bulan. Salut deh sama ibu yg bisa kasih ASI Ekslusif *menjura*
  • 8. Biasakan sarapan. Jangan kyk saya tweeps, kadang dijamak sama makan siang (ˉ_ˉ")
  • 9. Minumlah air bersih, aman, & jumlahnya cukup. Jgn terapkan "sambil menyelam minum air" ya tweeps, kasihan ginjalnya klo b'lebihan
  • Kata dosen saya, manusia itu seperti kantong air berjalan krn +-60% berat badan manusia adlh air. Bisa dibayangkan bgaimana pentingnya air.
  • 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur. Yah, agak susah memang klo mau konsisten b'olahraga
  • 11. Hindari minum minuman beralkohol. Ah, ini mah ga susah ya tweeps, ya gak? *cheers* *pake wine*
  • 12. Makanlah mkanan yg aman bgi kesehatan. Klo ini mah gmpang2 susah. Mmang kita dituntut aktif mncari tau bgaimana mknn yg aman itu
  • 13. Bacalah label makanan yg dikemas. Mulai dari ingridiens, komposisi, expired date. Jgn lihat tempelan harganya doang tweeps :P
  • Eh, serius deh, membaca kandungan nilai gizi di kemasan makanan itu menyenangkan loh tweeps. Minimal kita taulah brp kalori yg kita makan.
  • Bagi yg ga mau rugi sperti saya, kita bisa membandingan nilai gizi 2 produk dgn harga yg sama. Kalau saya tentu pilih yg lebih dong...
Sekian, terima kasih :)

Senin, 06 September 2010

Perkelahian Anak Kecil, namanya juga anak-anak!

Langsung saja

Jadi, ceritanya pas tadi sehabis sholat maghrib, seperti biasa adekku dan gengnya yang paling kecil biasanya main di halaman masjid depan rumah. Seperti biasalah, anak kecil, main bareng, cekikikan bareng dan dang! Tiba-tiba ada yang nangis.

Kali ini giliran adekku yang nangis. Ngehehehh. Menurutku, hal biasalah itu kalo anak kecil main bareng trus nangis. Tapi, biasanya mereka cepat lupa dan besok main bareng lagi.

Tapi tadi, sambil nangis, adekku masuk ke rumah trus bikin laporan ke Ayahku. Sambil nangis dia merengek ke Ayah "Ayah, marahi ki' itu Anu, bla..bla..bla..". Intinya, adekku meminta kepada Ayah untuk memarahi temannya yang bikin dia nangis. Terus, apa jawaban Ayah "Ih, nda mauja' saya, kau tompa kau di situ baku berkelahi". Intinya, Ayah ga mau ikut campur urusan anaknya.

Saya ingat, dulu waktu jaman saya masih SD, saya pernah terlibat perkelahian yang sengit *halah* dengan seorang teman saya. Kayaknya, waktu itu sampai jambak-jambakan, muhahahh. Sepulang sekolah, saya kemudian menceritakan hal tersebut kepada Mama saya. Dan tebak, apa reaksi Mama saya? Mama malah marahin saya T__T Dia bilang itu urusan saya sendiri, kalau saya ngelapor sama Mama saya malah hanya akan tambah dimarahin, Huahh... Ibu yang tega, saya pikir waktu itu. Derita belum berakhir.

Besoknya pas masuk sekolah, teman berantem saya datang sama Maminya. Makk... Ciutlah saya, dengan dukungan dari teman-teman kelas waktu itu (untung banyak teman saya membela saya *terharu*), saya akhirnya sukses diomelin, huehehehh.

Hehehehh... Kalau untuk urusan kayak gini, Ayam sama Mama saya memang kompak. Dari dulu, mereka tidak pernah dan tidak mau mencampuri urusan perkelahian anaknya. Mereka berpendapat kalau urusan anak-anak biarlah anak-anak yang menyelesaikan, orang tua tak perlulah ikut campur.

Saya jadi berpikir, mungkin orang tua saya ada benarnya juga. Kalau setiap perkelahian anak kecil ada orang tua yang terlibat di dalamnya, mungkin tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya akan memperkeruh hubungan orang tua satu dengan orang tua lainnya. Bukankah kalau anak-anak berselisih paham mereka akan segera lupa dan berbaikan kembali??

Ntar, kalau saya juga punya anak mungkin saya juga akan bersikap yang sama dengan orang tua saya :D
So, para orang tua, tak usahlah terlalu mempermasalahkan perkelahian anak kecil. Namanya juga anak-anak...


Kamis, 26 Agustus 2010

Ayah dan Kuliahnya

Beberapa menit yang lalu, saya, ayah, dan adek2 saya sedang ngumpul di ruang keluarga. Habis makan malam telat. Tak ada angin tak ada hujan, ayah saya kemudian bercerita. Sebenarnya, malam ini sangat banyak cerita yang diceritakan ayah, mulai dari kisah orang tua yang mulai dilupakan anak-anaknya yang mulai beranjak dewasa (sumpah, klo ga diselingi dengan candaan dari saya dan adek2, aku mesti wis mbrambangi), cerita masa kecil ayah, cerita waktu kuliah, cerita pas ketemu sama mama, dll (banyak toh? Yo emang lama tadi Ayah ceritanya :)) )

Tapi, karena cerita kemaren saya baru selesai kuliah (Alhamdulillah, walaupun nilainya mepet yang penting tepat waktu *pembelaan diri :P*), jadi saya mau nulis tentang pengalaman kuliah ayah saya saja. Yang lain-lain mungkin lain waktu.

Ayah saya adalah anak pertama dari delapan bersaudara. Beliau asli anak gunung, huehehehh. Katanya, pas masih SD aja harus jalan kaki 30 km baru bisa nyampe sekolah. Sebetulnya, Ayah saya bisa kuliah itu juga karena suatu faktor keberuntungan. Biasanya, anak lelaki dari kampung ayah saya jaman itu tidak ada yang sampai mengecap bangku kuliah. Anak laki-laki, seusai sekolah biasanya pergi berlayar (yah, seperti lagu kali ya, nenek moyangku seorang pelaut). Namun, waktu itu Ayahku beruntung. Ada seorang pamannya yang menyarankannya untuk melanjutkan kuliah saja. Sebenarnya, seperti masalah pada umumnya, faktor biaya menjadi penghambat untuk ayahku melanjutkan kuliah. Bagaimana tidak? Kakek saya (ayahnya ayah) hanya seorang pensiunan tentara, mana ada uang? Mana adeknya ada 7 orang? Namun, paman ayah berkata pada ayah: "Insya Allah nak, kau pasti punya rejekimu sendiri"

Dengan modal keyakinan, berangkatlah Ayah saya ke kota untuk melaksanakan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Singkat cerita, ayah saya diterima di salah satu jurusan yang lumayan terkemuka *halah*. Ayah saya cerita, semasa kuliah dia tinggal di rumah yang dikontrak bersama teman-temannya. Rumah ini berdinding anyaman bambu dengan alas tanah (Sedih banget kan?). Isinya hanya tempat tidur, meja (yg dibawakan kakek dari kampung), dan kursi. Karena mejanya terlalu rendah u/ dipakai belajar, maka alasnya diberi beberapa tumpukan batu bata. Oh iya, katanya ayah juga cuma punya satu buah piring selama tinggal disitu. Makanan andalannya: Nasi Goreng. Eitt... jangan bayangin nasi goreng lengkap dengan ayam atau telur. Nasi gorengnya hanya berupa nasi yang digoreng dengan sedikit minyak dan bawang, kadang ada tambahan kacang goreng, kadang (huah... kasihan banget!).

Karena kondisi ekonomi tambah tidak memungkinkan, akhirnya Ayah memutuskan untuk mencari kerja sambilan. Dan akhirnya ayah bekerja sebagai tukang sobek karcis pertunjukan di salah satu bioskop ternama di kota ini. Setelah itu, Ayah naik pangkat menjadi tukang yang ngambilin film untuk kemudian dikirim ke daerah-daerah sekitar (aduh, ga tau istilahnya apa). Oh iya, kata Ayah, nama bosnya waktu itu Tuan Surejh (jyah... India bgt. Emang orang India sih :P). Semenjak itu, Ayah sudah membiayai kehidupannya sendiri. Ga cuma itu, Ayah juga sempat jadi tukang batu bata sampai peternak burung puyuh.

Ayah saya memang bukan satu-satunya orang yang berjuang untuk membiayai kuliahnya sendiri. Banyak orang lain yang mungkin perjuangannya lebih keras dibanding Ayah saya. Namun, saya salut dengan Ayah saya. Ayah saya bahkan bisa membiayai kuliah beberapa adiknya.

Kalau mau dibandingkan dengan saya, jauuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!
Saya tidak perlu bersusah payah mikirin uang kuliah, makan, tempat tinggal, dan lainnya. Bahkan saya merasa semua kebutuhan saya telah terpenuhi bahkan berlebih. Itupun kadang saya merasa masih ada sesuatu yang kurang, padahal, ga bisa dibandingkanlah dengan perjuangan Ayah saya semasa kuliahnya.

Sekali lagi, salut untuk Ayah saya dan semua orang-orang yang berjuang keras untuk dapat merasakan bangku kuliah. Hormat saya untuk Anda semua!

(Rumah, 27 Agustus 2010, 00.58 WITA)

Kamis, 17 Juni 2010

Counter Down

Lampu merah, traffic light, bangjo, atau apalah sebutannya.

Karena sekarang jaman tambah canggih, lampu merah pun tak mau kalah. Sudah lama (banget) sih sebenarnya, di beberapa lampu merah (khususnya Jogja), biasa kita temukan alat penghitung mundur (counter down). Gunanya apa? Ya buat ngitung mundur lah. Hitung mundur waktu dari lampu berwarna hijau sampai berubah merah ata sebaliknya, warna merah berubah hijau.

Menurut saya, alat penghitung mundur ini ada kelebihan dan ada juga kekurangannya (Yeah... no stuff perfect, right?)

Kelebihannya:
1. Hiburan, hehehh. Bagi saya, kadang alat penghitung mundur menjadi hal yang menyenangkan untuk diperhatikan. Suka aja lihat angka terus berubah, mendekati nol dan voila... Tancap gas lagi.
2. Hemat bahan bakar kendaraan sekalian mengurangi asap knalpot. Dengan adanya alat penghitung mundur ini, kita jadi tau berapa lama kita akan "nongkrong" di sini. So, kita bisa matikan mesin sebentar sambil nunggu lampunya hijau lagi. Di lampu merah perempatan jalan Tentara Pelajar dan jalan Diponegoro, di situ bahkan ada running text di sela-sela alat penghitung mundurnya. Kita diminta untuk sejenak mematikan mesin sampai detik ke 20 menuju lampu hijau. Counter down di situ juga lebih bagus dibandingkan dengan lampu merah yang lain. Ya..ya.. lampu merah di situ memang lamanya ga tanggung-tanggung, kalau ga salah sampai angka 200 detik. Beruntunglah Anda kalau ga kena lampu merah di situ.

Kekurangannya:
1. Kemungkinan untuk meningkatkan kecepatan di lampu merah menjadi semakin tinggi. Bayangin aja, kalau dari jauh di alat penghitung mundur tertulis 9, 8, 7, dst... Apa ga tambah kencang tuh gas lo? Orang jaman sekarang memang superr sibuk *hey, ini sarkasme loh!*. Jujur, saya juga kadang2 agak menaikkan kecepatan kalau saya sedang terburu-buru. Tapi, saya lebih sering tidak terburu-buru, kalau kata Hj. Rhoma "Santai....."
2. Orang lain lebih bersemangat "jalan" padahal belum waktunya. Oh yeah, ini sering banget saya liat. Saat angka di alat penghitung mundur baru 3, ada orang yang sudah nyelonong aja. Ihh... gemes! Pengen ta' pites rasanya. Apa mereka buta angka+ buta warna kali ya? oh Tuhan, sembuhkan mereka. Tapi, soal jalan sebelum waktunya ini, juga bisa terjadi di lampu merah yang tidak punya alat penghitung mundur. Biasanya, cara mereka adalah melihat kendaraan dari arah lain, apakah sudah giliran lampu merah atau belum.
Misalnya nih, lampu merah bergiliran dari arah selatan, kemudian giliran timur, utara, barat, selatan, timur, begitu seterusnya. Nah, kalau pengendara yang terlalu "bersemangat" ini, berasal dari arah selatan, maka dia akan melihat kendaraan dari arat barat. Kalau dari arah barat sudah berhenti, walaupun lampu nya belum hijau, maka dengan gagahnya dia akan melaju tanpa dosa.

Jadi, sebagai pengguna jalan yang baik kita memang harus memanfaatkan alat penghitung mundur itu dengan benar. Jangan malah disalahgunakan. Yah, walaupun kadang alat penghitung mundur itu membuat waktu di lampu merah jadi lebih "berasa", but it's ok! Enjoy lampu merah, enjoy jalan raya.... Jangan sampai kita mengambil hak-hak orang lain di jalan raya.

(Kamar kos, 17 Juni 2010, 23.23)

Sabtu, 12 Juni 2010

Boikot Setengah-setengah toh...

Boikot? Nih, saya kutip dari e-book kamus Indonesia : bersama-sama menolak untuk bergaul (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dsb).

Tadi secara ga sengaja saya membaca sebuah artikel tentang boikot yang di-link seseorang sehingga saya terlibat suatu obrolan. Hmm, bukan obrolan sih sebenarnya. Hal ini dimulai ketika saya berkomentar seperti ini:


Me: Saya kutip satu kalimat yang lucu (dari artikel itu) : Boikot ini dilakukan jika memang kaum muslimin tidak merasa kesulitan mencari pengganti dari produk yang diboikot. That soooo funny!


Kenapa lucu menurut saya? Yaiyalah lucu, boikot kok setengah-setengah. Kalau mau boikot mbok ya yang niat. Kalau mau boikot produk zionis (sumpah demi pisang, gw ga tau artinya zionis tapi tau siapa yg mereka maksud *eh) ya, semua produk dong. Dari kutipan lucu kalau mau diibaratkan: Kalau gw butuh lo kita temenan, kalo lagi ada yang lain yang lebih oke kita musuhan. Hiahh, gw mah ogah!

Namanya aja boikot produk zionis, ya berarti bersama-sama menolak untuk bergaul/berurusan dengan produk zionis. Kalau setengah-setengah mah namanya: Boikot produk zionis yang tidak saya butuhkan serta bisa saya hindari dan ada penggantinya yang lebih bagus dan tidak lebih mahal. Sekian!


(Kamar kos,12 juni 2010 pkl. 00.50)

Kamis, 20 Mei 2010

Kisah Mpeng toh...

Pengen cerita sebelum tidur!

Kemarin sore, ketika saya di dapur, ceritanya mau masak Mie Goreng Keriting Spesial (komplit dah tuh), anak mb yang kerja di kosan saya datang mengampiri. Sebenarnya bukan menghampiri saya sih, tapi menghampiri emaknya yang juga lagi di dapur bareng saya. Pemandangan baru yang saya temukan, ternyata di mulut anak itu sedang menempel mpeng (pacifier kalo bhs. jawanya). "Loh? kok kamu ngempeng Nan?" tanya saya kepada sang anak, walaupun tau ga bakalan dijawab sama Si anak. Dan tentu saja yang menjawab si Ibu "Iya mb, itu dia ngambil sendiri". Haiyah... mana mungkin dia ngambil sendiri, pasti dikasih lah sama ibunya. Sebenarnya, saya tidak terlalu mempermasalahkan anak itu mau ngempeng atau tidak. Itu bukan urusan saya juga. Oh iya, anak itu berusia lebih kurang 2 tahun.

Lanjut cerita,

Ketika saya memasak, sang Ibu kemudian berkata kepada si Anak "Nan... sini dulu itu mpengnya, ta' kasih air panas sek!". Dalam pikiran saya "Yah, telat atuh mb! Itu sudah masuk mulutnya dari kapan. Tapi gpp lah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali". Seperti yang sudah kita ketahui, dot atau empeng memang harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air panas atau bahkan direbus beberapa menit untuk menmbunuh kuman-kuman yang menempel. Oleh karena anak sangat rentan terhadap kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
Nah, saat sang Ibu merendam mpengnya ke air panas, saya iseng-iseng dah tuh tanya "Mb, kok ditaruh digituin sih mpengnya?" dan langsung dijawab "Iya mb, biar lunak. Ini kan agak keras toh mb, biar lebih empuk ntar". Alamakjang... untung gw ga pingsan di tempat!

Sebenarnya, saya agak-agak miris dengan peristiwa di atas. Betapa masih kurangnya pengetahuan seorang ibu dengan hal-hal yang penting seperti itu. Padahal ini saya lokasinya di daerah yang bisa dibilang kota loh!
Tak usahlah muluk-muluk pendidikan seorang perempuan harus tinggi untuk tidak didiskriminasi dan mempunyai posisi yang sama dengan kaum lelaki. Hakikat paling penting seorang ibu harus berpengetahuan tidak lain adalah untuk digunakan dalam membesarkan anak-anaknya. Karna menurut saya nasib generasi selanjutnya ada di tangan sang Ibu.




Rabu, 19 Mei 2010

Facebook, twitter, dan teman-temannya toh...

Dengannya, hidup adalah rutin, tanpanya, hidup tak tertahankan - Harper Lee

Yes, maybe kalimat itu sangat cocok untuk orang-orang masa kini yang tak bisa hidup tanpa Sosial media atau media sosial atau apalah itu namanya. Maksud saya, facebook, twitter, friendster(eh masih kah?), plurk, atau web-web 2.0 (atau 0.2 ya)? huehhehh! Saya pun begitu, Ish! Anda juga kan? Ayolah, ngaku aja mamenn...

Dengan semakin mudah dan murahnya fasilitas untuk mengakses internet membuat hal itu berjalan semakin mulus (Saya, heran. Sekarang orang jualan handphone atau jualan alat buat FB-an sih? Curiga, kalo jualan barang yang bentuk hp tapi ga bisa buat nelpon dan sms tapi bisanya FB-an doang juga bakal laku, atau sudah ada malah barang kayak gitu? Ampun!). Everytime, everywhere, everybody, every apa lagi? Pokoknya semuanya deh bisa! Tua muda, kaya miskin, gunung (gunung ya, bukan desa) kota!

So? intinya lo mau ngomong apa Wawajie?

Ehehehh, Kebanyakan intro ya? Ya maap, blog, blog saya juga! Sebenernya ada beberapa pertanyaan yang menghinggapi benak saya:
  1. Apa sekarang buku diary masih laku ya *ngelirik diary kuning berdebu gw*? Ya secara, orang-orang pada dapat tempat curhat baru. Hello?? Lagi boker sambil fesbukan trus bokernya warna kuning dan agak encer aja dicurhatin ke facebook, owh... too much information! Kalau dulu, buku diary sampai ada yang bergembok saking ga maunya dibaca. Now? Ya begitulah! Saya jadi merasa, orang-orang sekarang lebih terbuka ya daripada orang-orang jaman dulu? Orang jaman dulu jangan tersinggung :D
  2. Apakah obrolan Anda di dunia facebook, twitter, dll sama dengan yang anda obrolkan di dunia nyata? Kalau saya sih plin-plan, kadang ya kadang tidak. Terkadang malah mengobrol dengan teman di dunia maya lebih akrab daripada ngobrol di dunia nyata? Biasanya sih kalau saya lebih akrab di dunia nyata tidak begitu sering berkomunikasi di media sosial begitu pula sebaliknya. Tapi bisa juga, memang tak akrab baik di dunia maya maupun dunia nyata. Itu saya loh, tak tahulah kalau Anda!
  3. Apakah penderita insomnia semakin banyak seiring dengan maraknya media sosial? Saya sih merasanya begitu.
  4. Baru tahu kalau mengobrol dengan orang yang jauh (dalam artian jarak) itu mungkin lebih mengasikkan daripada mengobrol dengan teman di depan mata. Ya..ya.. ini juga terjadi sama diri saya sendiri *tampar wajah sendiri*. Tidak sedikit pemandangan yang saya temui seperti ini: Ada 2 orang atau lebih, sedang duduk bareng satu meja, masing-masing sedang sibuk mencet-mencet keypad atau sentuh-sentuh layar bagi yang gadgetnya touchscreen. Lah? baku bombe' ko kah semua? Oh teman, maafkan saya kalau saya juga suka kayak gitu. Saya sudah mulai mengurangi kok! Tanya deh teman-teman saya yang jalan bareng tadi sore :D. Mungkin ada benarnya istilah ini (maaf, lupa sumbernya) : Handphone, mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat! (Handphone bisa diganti apa saja, tergantung gadget Anda)
Tapi, tapi, manfaatnya media sosial kan banyak juga... Iya,iya, banyak! Banyak banget malah. Saking banyaknya saya jadi pusing mau nulis apa, yang jelas banyak!

Catat di kaki:
- Baku bombe' ko kah semua? = Lagi pada marahan ya semua? (Bahasa gaul Makassar ;P)





Senin, 17 Mei 2010

Tas Belanjaku Toh...


Hahahh... Mau curhat dulu sebelumnya, tadi saya dari supermaket. Niatnya sih, cuma mau beli satu item yang sekarang gw lagi keranjingan, ehh... malah beranak pinak tuh belanjaan. Dem! *nglirik kalender*

Kembali ke topik. Saya sih kalo mau dibilang, tergolong orang yang sok-sok peduli sama lingkungan. Kenapa sok-sok? Ya, karena pedulinya niat ga niat, alias setengah-setengah. Yah, mending peduli setengah-setengah, daripada ga peduli sama sekali. Nah, dalam rangka niat peduli setengah-setengah ini, kalau saya niat belanja saya selalu membawa kantong belanja sendiri. Kenapa? Ya itu tadi, saya sedikit peduli dengan sampah plastik. Walaupun saya tidak bisa menghindar dari menghasilkan sampah plastik, paling tidak saya mencoba mengurangi sampah plastik yang saya hasilnya. Seperti kata Aa Gym, mulailah dari yang kecil, mulailah dari sekarang, dan mulailah dari diri sendiri, hehehh!


Di tempat-tempat belanja sekarang juga sangat marak tuh kampanye-kampanye untuk mengurangi sampah plastik. Sambil kampanye, sambil jualan tentu saja. Iya, jualan tas yang bisa dipakai berulang-ulang buat belanja, bahannyanya pun 'katanya' ramah lingkungan. Yah, saya sih setuju-setuju aja kalo dengan alasan seperti itu. Pernah, suatu hari saya membeli tas 'ramah lingkungan' di sebuah supermaket. Pas sudah sampai di kasir, mba kasirnya tanya "Mb, ini mau langsung dipakai atau pakai plastik dulu?", dan dengan agak bingung saya menjawab "Ya dipake sekarang lah mb, buat apa saya beli kalo ga dipake!". Sambil senyum mb kasir menjawab "Iya mb, soalnya banyak yang beli tas ini tapi ga langsung dipake. Pada tetep minta tas kresek dulu", Saya "*tepok jidat*"

Lain lagi sama cerita ibunya teman saya. Beliau tetap meminta tas plastik kalau belanja (walaupun punya tas 'ramah lingkungan') dengan alasan "Lumayan mb plsstiknya, buat alas tempat sampah", Jyahhh....

Nah, kalau ga bawa tas belanja sendiri dan belanjaan ga banyak-banyak amat dan muat di tas, saya lebih memilih ga usah pake kresek. Belanjaannya langsung masuk tas aja. Tapi, liat-liat juga barangnya, jangan beli pecel lele bungkus, trus sok2an ga pake kresek trus langsung masukin tas. Bau, bau deh tuh tas, hehehehh! *makan di tempat aja kalo gitu... :P*

Yah, semuanya memang terserah Anda. Memilih untuk repot sedikit bawa kantong sendiri atau memakai tas plastik yang sudah disediakan dan sekalian buat alas tempat sampah. Kalau saya sih, memilih repot sedikit :D.


Senin, 05 April 2010

Berkemas itu toh...

Huahh.. bersin-bersin sayah masuk sini! *ambil kemoceng, bersih-bersih*

Saat saya menulis ini, saya sedang packing alias berkemas untuk pergi ke suatu tempat menjalankan tugas negara *halahhhh*. Ga lama sih, hampir samalah dengan waktu nifas ibu yang habis melahirkan. Yuhu... sebagai perempuan *uhuk* sudah bisa dipastikan kalau barang bawaan yang akan kita angkut pasti akan seabrek-abrek, kan memang stuff perempuan sudah ditakdirkan banyak, hehehh! Nah, saya mau kasih tips ala wawajie biar bawaan kita tidak terlalu rempong saat akan bepergian cukup lama. Ce-ki-dot ya...

1. Bawa baju yang pasti akan kita butuhkan di sana. Misalnya, kostum berperang, kostum bebas, kostum tidur, dll. Kalau sekiranya anda tidak akan menghadiri pesta perkawinan di sana, tak perlu lah anda membawa kebaya lengkap dengan jariknya. Selain baju, jangan lupa alas kaki. Bawa alas kaki sesuai kebutuhan, kalo kira-kira di sana kita ga bakal main ice-skating sepatunya ga perlu dibawa.

2. Perhitungkan berapa lama anda disana, apalagi untuk anda yang malas mencuci. Walaupun menurut saya bawaaan untuk 2 minggu sama saja dengan bawaan untuk 1 bulan, tapi ini berbeda dengan orang yang enggan mencuci. Kalau anda berniat untuk pergi selama 1 bulan tanpa mencuci sekalipun, bersiaplah membawa koper segede gaban. Atau kalau tidak, uang berlebih untuk membeli baju (itu kalau ada yang jualan). Kalau mau lebih gampang lagi, gunakan baju yang sama beberapa kali (tapi kasihan orang-orang di sekitar anda, akibat polusi udara yang anda timbulkan).

3. Cari tahu kondisi tempat yang ingin anda kunjungi. Misalnya, anda mau ke daerah X yang ternyata sedang summer, kan tidak mungkin anda membawa syal, sarung tangan, jaket tebal, dsb. Selain itu, cari tahu juga apakah tempat yang akan anda kunjungi sedang musim hujan atau tidak. Hal ini sangat penting dalam urusan cuci mencuci serta jemur menjemur pakaian :D. Cari tahu juga kondisi perekonomian di sana. Maksudnya, di sana ada mall ga? Atau ada warung buat beli mie instan ga? Ini bisa jadi pertimbangan untuk membawa barang-barang yang sebenarnya bisa/mudah didapatkan di sana!

4. Untuk para perempuan yang punya banyak
stuff , satukan stuff-stuff tersebut berdasarkan jenisnya. Misalnya peralatan mandi, make-up (walaupun cuma bedak dan lipgloss), urusan perkabelan dan perlistrikan, cuci-mencuci, logistik, dll. Hal ini juga akan lebih memudahkan kita untuk mencari suatu barang.

5. Untuk yang mempunyai penyakit tertentu (dan suka kambuh), jangan lupa membawa obat-obatan pribadi anda dalam jumlah yang cukup. Siapa tahu di tempat yang anda kunjungi tidak ada yang menjual obat yang anda butuhkan.

6. Karena mau ke medan perang, jangan lupa bawa peralatan perang anda. Bawa peralatan perang yang sekiranya akan digunakan disana. Misalnya, kalau anda mau jadi fotografer di medan perang, pastikan peralatan jepret-menjepret anda lengkap dan sesuai kebutuhan. Tidak perlu membawa semua jenis lensa yang anda punya, cukup yang anda butuhkan saja.

7. Terakhir dan paling penting, jangan lupa bawa peralatan untuk beribadah dan berdoa ya... Tapi jangan cuma dibawa loh, dipake juga. Masa udah dibawa-bawa kagak dipake? ;)


Itulah sedikit tips dari saya. Walaupun sebenarnya agak ga penting sih, tapi mudah-mudah bisa membantu mengingatkan anda-anda yang sedang berkemas-kemas. Okai, selamat berkemas dan nikmati tempat baru yang akan anda kunjungi....

*sebenarnya saya belum menerapkan semua tips yang saya tuliskan di atas, jadi boleh dipratekkan boleh tidak, hehehh*




Minggu, 10 Januari 2010

Nyebrang Jalan Tambah Dosa

Saya merasa nambah dosa kalo lagi menyebrang jalan di deket tempat tinggal saya. Bagaimana tidak? Setiap saya menyebrang jalan, pasti saya mengumpat alias misoh-misoh. Bayangin aja, kalo ada motor atau mobil yang yg kurang beberapa sentimeter lagi nyambar pantat? Huahh! $%*&%^&%$%$$^%$#&^*&(&%$$
Saya mencoba berpikiran positif, mungkin orang pada kenceng-kenceng dan ga mau ngalah sama pejalan kaki karna lagi pada kebelet pengen ke belakang, tapi mosok toh y hampir semua? Apa kendaraannya pada ga punya rem? Mbok ya pelanin dikit nape kalo liat orang mau menyebrang jalan. Bukannya pelan, malah tambah kencang! kayaknya tuh niat banget pengen nabrak! Dosa apa saya bang? *hmm, bagian ini memang agak berlebihan*
Please, buat para pengguna kendaraan bermotor, mbok ya kalo liat orang mau nyebrang jalan kecepatannya dikurangin. Jangan tambah napsu! Berilah saya sedikit kesempatan kepada saya bang untuk menyebrang jalan, sebentar saja, please... *ini juga kayaknya agak berlebihan*
Saya memang tidak menyebrang di zebracross atau di jembatan penyebrangan, lha wong ga ada kok! radius beberapa ratus meter dari tempat saya menyebrang juga ga ada zebra cross. So, masa saya harus terbang? saya ga punya baling-baling bambu.
Buat yang hampir nyenggol gw, derajat lo ga lebih rendah dari pada pohon toge, "May your soul burn in hell"
*tulisan ini ad disini juga loh...

Rabu, 06 Januari 2010

Tak boleh Kau Mengalun Musik Kampung!

Hah, tengah malam saya gatel pengen nulis ini. Tadi sewaktu saya baca-baca HO (percaya?) sembari dengerin radio, saya ganti-ganti frekuensi sampe nemu ada lagu yang agak cocok di telinga saya. Akhirnya saya berhenti di sebuah frekuensi. Lanjut cerita lagu terus mengalun satu demi satu (tak perlulah kusebut satu-satu), sampai kemudian giliran penyiar radio yang bekerja. Bla..bla.. satu persatu pesan-pesan yang datang dari pendengar melalui sms terus dibacakan. Lalu, sampailah kepada sebuah sms yang dibacakan.

Begini kira-kira inti dari sms pendengar itu : Saya Joko (bukan nama sebenarnya) dari antah berantah mau request lagunya Kangen Band dong yang judulnya Pujaan Hati.Lalu begini kira-kira tanggapan dari penyiar : Oh.. maaf saudara Joko di antah berantah, saya ga bisa putarin lagu dari kangen band, karena di stasiun radio ini g bisa muterin lagu-lagu dari kangen band. Oww... pikiran saya, acaranya emang buat musik mancanegara kali ye? Kasihan juga tuh yg mau dengerin kangen band, dengerin mp3nya aja deh mas. Lagian kalau diputar, bisa dipastikan saya ganti frekuensi karna memang saya tidak dapat menikmati lagu kangen band ini. And then? Ternyata setelah semua sms dari pendengar dibaca, diputarkanlah sebuah lagu, dan ternyata lagu Indonesia.
Hmm... saya kok heran? bukannya lagu Indonesia ga diputerin d acara ini? Kemudian, saya berpikir lagi dan mengingat kata2 penyiar tadi. Doh, ternyata memang khusus kangen band, lagunya tidak diputarkan disini. Huah... diskriminasi. Saya bukan penikmat lagu-lagu kengen band, tapi saya kasihan aja, di stasiun radio ini ternyata lagunya tak bisa mengalun. Belum selesai.

Ketika saya melanjutkan mendengar frekuensi ini, saya dapat fakta baru lagi bahwa ternyata Kangen Band tak sendirian, bersama Wali band, dan ST 12 ketiga band ini lagunya tak bisa diputar di statasiun radio ini. Hah! tarik benang merah, yups, band-band ini merupakan band yang kampung, alay, ancur, norak, dan segala macam cacian lain yang biasa diberikan kepada mereka. Band yang mengusung musik yang kalo orang bilang melayu-melayu begimanaaa gituh! Huih... kaget juga saya. Yang membuat saya teramat kaget karna ini adalah stasiun radio yang mengusung nama Indonesia, dimana lagu-lagu lain bisa bebas mengalun dan didengar di sini, ya kecuali 3 band itu.

Amat saya sayangkan, karna 3 band yang lagu-lagunya tak boleh diputar ini tidak lain tidak bukan adalah band Indonesia dengan personil anak Indonesia Asli. Entahlah, mungkin dengan alasan musik-musik mereka kampungan, norak, alay, dll. But, kita juga tidak bisa memungkiri kalau ketiga band itu merupakan band-band yang cukup terkenal di Indonesia. Bahkan ST 12 masuk ke dalam Metro 10 (sebuah program acara d metro tv) kategori band yang cukup terkenal (atau apalah saya lupa) di Indonesia.

Yak, sekali lagi, yang paling saya sayangkan adalah karena stasiun radio ini (ahh.. sudahlah). Stasiun radio ini bukan stasiun radio yang khusus memutarkan lagu-lagu jazz atau mancanegara saja. Semua lagu bisa diputarkan kecuali dari 3 band itu.

Mungkin, banyak stasiun radio lain yang juga tidak pernah memutar lagu-lagu dari band-band sejenis yang saya sebutkan, tapi kenapa saya ga protes? Entahlah, saya cuma mempersoalkan stasiun radio yang satu ini.

Yah, stasiun radio itu adalah RRI Pro 2 102,5 FM Jogja.

*so, bagi yg mau dengerin radio tapi ga mau ketemu sama ketiga band itu, ke frekuensi itu saja*