Selasa, 11 Oktober 2011

Cek Darah -bag 2

Melanjutkan postingan kemarin...

Jadi, pagi ini sebelum berangkat ke kampus saya menuju ke Lab terlebih dahulu untuk melakukan pengecekan darah seperti yang saya rencanakan kemarin. Setelah sebelumnya berpuasa kurang lebih 10 jam.

Dan... Tada...

Alhamdulillah semua hasilnya normal. Bahkan semuanya baik profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, rasio Kol/HDL, rasio LDL/HDL, dan Trigliserid) maupun glukosa puasa semuanya menunjukkan hasil yang sangat baik.

Nah, berarti saya cukup melanjutkan pola makanku selama ini dong ya? :p
Ga ding, saya memang berniat untuk mengurangi gorengan apalagi dengan minyak yang entah-sudah-dipakai-berapa-ratus-kali dan meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Yah... hitung-hitung mempratekkan ilmu begituh!

Seperti yang sudah-sudah, praktek jauh lebih susah dibandingkan teori. Yuk...

Senin, 10 Oktober 2011

Cek Darah -bag 1

Begini ceritanya, siang tadi saya berniat ke laboratorium untuk memeriksakan profil lipid dan HbA1C. Kenapa saya yang masih muda ini *uhuk* berniat untuk cek tanpa ada indikasi sesuatu? Pun sat ini, Alhamdulillah, belum terasa ada sakit yang cukup menganggu sehingga harus cek ini itu.

  1. Pengecekan HbA1C atau hemoglobin terglikasi adalah untuk mengetahui kondisi glukosa darah dalam jangka waktu beberapa bulan terakhir (biasanya bisa menggambarkan 3-4 bulan terakhir). Alasan saya ingin mengecek kondisi gula darah adalah beberapa minggu belakangan ini saya merasa poliuri, atau buang air kecil yang berlebihan. Yang biasanya saya tidak pernah terbangun tengah malam untuk buang air kecil, akhir-akhir ini saya cukup sering terbangun untuk buang air kecil. Selain poliuri, ada polifagi dan polidipsi yang menjadi gejala klasik penderita diabetes melitus (kencing manis). Kalau polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) itu kayaknya sudah saya alami dari dulu, muahahahahhh.
  2. Profil lipid atau profil lemak darah, meliputi pemeriksaan kolesterol, HDL, LDL, dan Trigliserida. Ini tidak lain tidak bukan karena mengingat makanan saya sehari-hari. Bayangkan saja, penyetan3-4 seminggu, gorengan, nasi padang, dan segala sumber lemak lain. Ya, saya tahu kalau apa yang saya makan sehari-hari banyak yang tidak sehat tapi ya gitu deh... Teori lebih gampang daripada prakteknya *sigh


So, setelah registrasi dan lain-lain dan ditanya ini itu ternyata HbA1C itu biasanya dilakukan oleh para penderita DM, sedangkan untuk saya yg belum pernah mengecek kadar gula darah cukup mengecek kadar gula darah puasa dan 2 jam PP saja. Oke, saya memang terlalu semangat untuk ngecek gula darah makanya saya memilih HbA1C, muahahahh.
Karena saya belum melakukan puasa selama 12 jam, maka saya putuskan untuk menunda pemeriksaan gula darah dan melakukannya besok, karena niat saya sebelumnya untuk memeriksakan HbA1C tidak memerlukan puasa seperti pemeriksaan gulah darah puasa (namanya aja puasa :D). Jadi saya hanya akan memeriksakan profil lipid
Setelah itu saya dipanggil untuk diambil sampel darahnya. Dan tadaaaaa... Ternyata untuk memeriksa profil lipid akan lebih baik jika kita berpuasa 10-12 jam sebelumnya. Jiahh... Seingatku profil lipid tidak memerlukan puasa, tapi ternyata ingatanku salah, muahahahh.
Jadilah siang tadi saya tidak jadi untuk diambil darah dan ditunda semua sampai besok pagi.

So, kita lihat besok bagaimana hasilnya. Semoga tidak ada yang aneh-aneh :p

Sabtu, 08 Oktober 2011

Teman Baru

Hehooo...

Siang ini saya kedatangan teman baru. Seekor landak mini jantan berumur 2 bulan berjenis salt and pepper :D. Ini dia...


Cukup lama juga untuk kemudian saya memutuskan untuk kembali memelihara binatang. Setelah di kosan sebelumnya saya pernah memelihara dua ekor kura-kura, beberapa ikan mas koki, dan sepasang kalajengking . Saya berpikir untuk kembali memelihara ikan, kucing, atau hamster, namun setelah melewati beberapa pertimbangan *halah* maka keputusan jatuh ke landak mini.

Ok, karena si Landak kayaknya ga setuju denga nama Gamal (ganteng, ramah, dan lucu), secara dipanggil pake nama itu kayaknya dia ga noleh maka kuputuskan untuk mengganti namanya jadi Rangga. Ramah dan NgGanteng. Muahahahahhh. Mudah2an kali ini dia setuju. Amin.


Rabu, 05 Oktober 2011

Memulai Ber-Reksa Dana

Tadi pagi, sekitar pukul 10 saya menuju salah satu bank langganan *halah*. Jika biasanya tujuan saya untuk narik duit dan menabung (tapi ini sangat jarang :D), kali ini tujuan saya agak berbeda. Ya, berinvestasi *tsaahhh...*. Yaelah, ga banyaklah yg mau saya investasikan, ini juga karena masih ada sisa THR kemarin. Ehehehh.

Saya termasuk orang yang tidak pandai mengatur keuangan. Tidak jarang uang habis tapi entah kemana. Bad habbit ya dan saya tahu itu harus dihentikan. Akhirnya beberapa bulan lalu saya tercerahkan untuk mulai mengatur keuangan. Kapan-kapan akan saya tulis tentang ini.

Oke, kembali ke bank. Sebelum ke bank, saya telah membaca beberapa tulisan tentang reksa dana. Iya, saya akan berinvestasi ke reksa dana ceritanya. Harus saya akui, saya banyak mendapat pencerahan melalu media sosial dalam hal ini twitter. Jadilah saya memutuskan untuk berinvestasi mumpung masih muda. *eciyee
Kenapa reksa dana? Ya karena katanya itu bagus. Eheheh. Bukan itu juga sih, alasan saya memilihnya karena walaupun dengan nominal uang yang kecil saya masih tetap bisa berinvestasi :D
So, dengan sok "iye" dan sok "analisis" dalam memilih reksa dana padahal cuma capcipcup kembang kuncup, saya memilih dua jenis reksa dana. Muahahahahhhh.
Sebenarnya saya sangat ingin bertanya mengenai reksadana yang bagus dan sesuai tujuan saya berinvestasi. Namun, karena tak tahu harus bertanya kemana... kemana... kemana... Jadilah saya sotoy dan berdoa saja dalam memilih reksa dana. Salah ya? Ya tak apalah, namanya juga baru tapi saya akan tetap belajar :)

Harapan saya saat ini sangat seerhana, mudah-mudahan saya bisa konsisten untuk tetap menyisihkan pendapatan saya untuk berinvestasi setiap bulan. Amin.

Jumat, 19 Agustus 2011

Risau

Agustus sudah lewat separuh, tapi belum posting satu pun. So,
Ini saya salin tempel 3 tweet saya pada tanggal 6 Agustus 2011 sekitar pukul 23.00.

Risau
Ada satu bintang di langit barat, yang sedang menulis surat, apa yang sedang kau perbuat?

Dan juga bulan separuh, tempat harapan ku taruh, kapan kau akan berlabuh ?

Oh, tentang dinginnya malam, yang menyatu dengan kelam, ku berharap kau tak muram!

Saya memang kadang sok puitis tapi ga pas, muahahah... Jadilah seperti itu.

Jumat, 01 Juli 2011

Leave Nothing But Footprints


Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa teman mengunjungi salah satu taman nasional di Indonesia tepatnya Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Niat saya dan teman-teman memang untuk mendaki. Dibandingkan dengan beberapa gunung yang saya kunjungi, persyaratan untuk mendaki gunung ini cukup rumit. Harus booking dan membawa surat-surat pengantar, untuk lebih jelasnya bisa lihat di sini. Padahal biasanya tinggal datang aja trus naik.

Di beberapa gunung yang pernah saya kunjungi sebelumnya (ya dikit sih dan cuma di sekitar Jawa Tengah), melihat sampah baik di sepanjang jalur pendakian atau di tempat-tempat mendirikan kemah adalah hal yang lumrah. Selain sampah, coretan-coretan menggunakan cat di sana-sini juga sangat mudah ditemui. Lumrah tapi tidak benar tentu saja.

Di gunung Gede ini, saya mengira hal tersebut tidak saya temukan. Atau minimal, saya tidak akan melihat sampah sebanyak yang saya lihat biasanya. Ini karena persyaratan memasuki wilayah TNGGP yang jauh lebih rumit. Namun, apa yang saya lihat di sana justru sampah yang jauh lebih banyak. Ternyata saya salah besar, persyaratan yang lebih rumit ternyata tidak menjamin bahwa yang memasuki wilayah TNGGP adalah "orang-orang yang bertanggung jawab". Padahal, sebelum memasuki kawasan TNGGP, kita harus membuat surat pernyataan yang salah satu poinnya telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang konservasi sumber daya alam. Selain itu, juga ada form "daftar barang bawaan yang menghasilkan sampah" yang harus diisi. Kata seorang bapak yang saya temui di jalan "Orang sekarang itu sukanya vandalisme, udah bagus-bagus kok dirusak". Bapak itu pertama kali mendaki gunung Gede tahun 1973 dan setelah berpuluh-puluh tahun akhirnya kembali mendaki gunung ini. Oh, iya teman saya juga sempat mematikan sisa perapian yang belum padam. Bagaimana jika seandainya api tersebut tidak padam kemudian membakar kawasan tersebut? Sudah jelas ada peraturan dilarang membuat api. Peraturan memang dibuat untuk dilanggar *sigh.

Tentu tidak semua pendaki melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab seperti yang saya tuliskan. Saya paling senang jika ada pendaki yang turun dan dan melihat di carrier mereka ada kantong sampah yang menggantung :). Bagaimana dengan saya dan teman-teman? Ya dibawa pulanglah sampahnya. Kalau tidak, ngapain saya bikin artikel ini.

Dalam perjalan menuruni gunung saya berpikir, apa mungkin lebih baik jika kawasan-kawasan alam seperti ini sekalian tidak usah dibuka untuk umum. Toh, saya rasa uang kontribusi yang dibayarkan tidak sebanding dengan sampah-sampah yang merusak kawasan tersebut. Peraturan-peraturan yang dibuat juga cuma sekadar formalitas belaka yang pelaksanaanya nol besar. Sama seperti banyak peraturan lain di negeri ini.

artikel ini juga diterbitkan di sini

Minggu, 19 Juni 2011

The Shawshank Redemption

Pertama-tama, ini bukan tentang sinopsis apalagi review film. Ini cuma pengalaman saya yang telat (banget) nonton film bagus (banget).

Saya bukan pecinta film yang sangat fanatik. Kalau sedang ada film yang mau saya tonton ya saya tonton. Pun kalau saya nonton film penilaian saya juga ga gitu oke, bukan pengamat film yang baik istilahnya. Yang jelas, saya suka film yang happy ending :D. Kalau genre-nya saya lebih sering memilih film drama atau pun drama komedi, tapi saya juga suka action, kartun, ataupun horor.

Nah, kemarin malam saya buka HD eksternal buat lihat-lihat judul film mana yg sudah saya copy tapi belum ditonton. Ternyata masih ada beberapa judul dan saya memutuskan untuk menonton The Shawshank Redemption. Kemarin-kemarin saya malas nonton film ini karena baru liat awalnya kayaknya filmnya suram dengan setting penjara. Tapi karena pilihan tinggal sedikit akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya kali ini.

Di awal film saya mencoba untuk menikmati film ini walaupun tidak begitu antusias. Untung yang main ganteng. Belakangan baru saya perhatikan nama-nama pemainnya. Saya malah lebih familiar dengan pemeran utama si bapak negro itu, hehehh. Memasuki menit ke-15, rasa antusias saya perlahan-lahan muncul dan rasa antusias dan penasaran terus berlanjut dan meningkat dan diakhir film saya sukses berderai air mata. Padahal ini jenis film yang happy ending. Saya bahkan mengulang beberapa kali adegan beberapa belas menit terakhir yakni adegan bagaimana Andy Dufresne kabur dari penjara super ketat dan tetep dong, diakhir film saya nangis. Huah, cengeng...

Setelah puas menonton dan menangis, akhirnya saya googling tentang film ini. Ebuset, ternyata ini film tahun 1994, betapa telatnya saya tahu ada film sebagus ini. Bahkan film ini sudah beberapa kali diputar di stasiun tv nasional tapi saya belum pernah nonton sekalipun, potongan filmnya pun tidak. Di beberapa situs tentang film, film ini masuk ke daftar film yang wajib ditonton dengan nilai yang mendekati sempurna. Tidak heran mengapa saya menontonnya dengan sangat antusias dan kalau ga sambil tiduran, pasti saya sudah standing applaus di akhir film :)))) Sangat banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini, salah satunya tentang bagaimana harapan itu tidak bisa dibendung bahkan oleh tembok penjara yang sangat tinggi dan waktu hukuman yang tak pernah kau tahu kapan akan berakhir.

Oke, bertambah lagi daftar film yang akan kutonton berulang-ulang. Iya, saya memang tipe orang yang suka nonton film favorit saya berulang-ulang. Ya namanya aja favorit, hehehh...

Ini saya kutipkan satu quote favorit saya di film ini :

"Remember Red, hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies" Andy Dufresne

Kamis, 16 Juni 2011

Bike To The Moon

Beberapa jam yang lalu saat saya tidur2an di kasur, tiba-tiba earth hour a.k.a padam listrik. Huah, mudah-mudahan karena sekringnya turun pikir saya dalam hati, ternyata padam listrik setempat. Ok. Santai. Saya memang bukan tipe orang yang langsung panik kalau mati lampu. Pun tanpa bantuan penerangan yang lain seperti senter atau lilin (dan ternyata memang senter saya baterainya habis -_-").

Lima menit merenung. Kayaknya bakalan lama ini padam listriknya, jadilah saya mikir (eaaa, ketahuan dari tadi ga mikir) ngapain ya enaknya. Akhirnya saya memutuskan untuk bersepeda saja, toh sudah semingguan ini saya ga sepedaan.

Jadilah berbekal booklite (karena ga punya senter) saya turun, ambil sepeda, pasang earphone, nyalain endomondo, dan berangkat. Saya belum mikirin rute bersepeda saya kali, paling kayak biasa kata saya dalam hati. Benar, daerah sekitar kos gelap gulita, hanya cahaya temaram dari lilin atau lampu emergency serta lampu kendaraan. Saat itulah saya melihat ke arah langit agak timur, huwowww... Bulannya bulat sempurna dan sangat terang. Bintang-bintang juga lebih terlihat akibat minimnya cahaya sekitar. Ya, saya akhirnya bersepeda sambil liatin indahnya bulan malam ini.

Tanpa sadar, sepeda saya berbelok ke arah bulan, hehehh. Maksudnya, saya bersepeda ke arah di mana saya bisa melihat bulat dengan leluasa. Seolah bulan itu ada di depan saya dan semakin saya mengayuh sepeda, jarak antara saya dan bulan akan berkurang. Pas gitu dari music player mengalun Close To You-nya The Carpenters. Oh... It's feel so swinging

Bike to the moon, tidak terasa saya mengayuh sejauh tujuh kilometer. Padahal niat awal saya cuma bersepeda sekitar kosan aja, ga jauh-jauh, hehehh. Akhirnya, putar balik haluan ke arah kosan dan agak tidak rela karena harus memunggungi bulan. Mana sepeda saya tidak dilengkapi dengan spion jadi ga bisa liat bulan lewat spion :D

Ternyata, pas sampai kosan listriknya belum hidup sodara-sodara (sudah ketahuan sih pas di lampu merah terdekat). Huh, akhirnya saya lanjut melihat bulat di balkon kosan. Tiduran di matras, sambil liat bulan dan bintang-bintang (yg malam ini buanyak banget). Ga ada bosan-bosannya deh, rasanya pengen tidur di situ aja. Pas asik-asik gitu, ada pesawat yang melintas tepat di atasku, what a nice night sky!

Sudah hampir ketiduran di tempat jemuran, terdengar riuh orang-orang sekitar bersorak. Yah, itu tandanya listrik sudah mengalir kembali, dan saya pun berpamitan dengan bulan. Saya cukup bersyukur dengan padam listrik malam ini, mungkin kalau listrik ga padam saya ga akan bike to the moon ataupun tiduran di balkon sambil liatin bintang-bintang dan pesawat yang melintas :)

Menye-menye yah postingan saya kali ini, hehehh. Sudahlah, sekali-sekali ini!

Jumat, 15 April 2011

Naik Kereta Api, Tut...tut...tut...





Foto di atas berlokasi di bawah Jembatan Lempuyangan. Coba saja ke sana pada sore hari, atau kalau mau ramai pada hari sabtu sore. Selain melihat kereta api lewat pada radius 1-2 meter, di sana juga tersedia hiburan untuk anak-anak. Ada odong-odong, mancing ikan, gelembung sabun, dan itu aja kayaknya :P Banyak yang jual makanan juga loh, dari angkringan, martabak seribuan (eh, serius!), mie ayam, pokoknya banyak dah!

Dulu saya mengira yang ramai mengunjungi tempat itu adalah warga sekitar, tapi setelah bertanya ke beberapa pengunjung di situ ternyata mereka juga ada yang datang dari jauh. Memang khusus datang ke situ untuk mengajak anak mereka melihat kereta api lewat.

Hiburan yang murah meriah memang. Tapi, bahayanya juga tidak bisa dihiraukan begitu saja. Pernah pas saya lagi di sana, ada anak kecil yang lepas dari perhatian orang tuanya. Adududuhhh... Untung aja pas ga ada kereta yang lewat. Di dekat situ sebenarnya ada sih pos penjagaan, tapi ya gitu deh...

Masyarakat memang butuh hiburan yang murah meriah. Tapi apakah murah meriah selalu dibarengi dengan bahaya seperti itu?

Btw, happy (menjelang) weekend. Siapa tau yang di Jogja mau ke tempat yang ada di atas, hehehh!