Kamis, 20 Mei 2010

Kisah Mpeng toh...

Pengen cerita sebelum tidur!

Kemarin sore, ketika saya di dapur, ceritanya mau masak Mie Goreng Keriting Spesial (komplit dah tuh), anak mb yang kerja di kosan saya datang mengampiri. Sebenarnya bukan menghampiri saya sih, tapi menghampiri emaknya yang juga lagi di dapur bareng saya. Pemandangan baru yang saya temukan, ternyata di mulut anak itu sedang menempel mpeng (pacifier kalo bhs. jawanya). "Loh? kok kamu ngempeng Nan?" tanya saya kepada sang anak, walaupun tau ga bakalan dijawab sama Si anak. Dan tentu saja yang menjawab si Ibu "Iya mb, itu dia ngambil sendiri". Haiyah... mana mungkin dia ngambil sendiri, pasti dikasih lah sama ibunya. Sebenarnya, saya tidak terlalu mempermasalahkan anak itu mau ngempeng atau tidak. Itu bukan urusan saya juga. Oh iya, anak itu berusia lebih kurang 2 tahun.

Lanjut cerita,

Ketika saya memasak, sang Ibu kemudian berkata kepada si Anak "Nan... sini dulu itu mpengnya, ta' kasih air panas sek!". Dalam pikiran saya "Yah, telat atuh mb! Itu sudah masuk mulutnya dari kapan. Tapi gpp lah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali". Seperti yang sudah kita ketahui, dot atau empeng memang harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air panas atau bahkan direbus beberapa menit untuk menmbunuh kuman-kuman yang menempel. Oleh karena anak sangat rentan terhadap kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
Nah, saat sang Ibu merendam mpengnya ke air panas, saya iseng-iseng dah tuh tanya "Mb, kok ditaruh digituin sih mpengnya?" dan langsung dijawab "Iya mb, biar lunak. Ini kan agak keras toh mb, biar lebih empuk ntar". Alamakjang... untung gw ga pingsan di tempat!

Sebenarnya, saya agak-agak miris dengan peristiwa di atas. Betapa masih kurangnya pengetahuan seorang ibu dengan hal-hal yang penting seperti itu. Padahal ini saya lokasinya di daerah yang bisa dibilang kota loh!
Tak usahlah muluk-muluk pendidikan seorang perempuan harus tinggi untuk tidak didiskriminasi dan mempunyai posisi yang sama dengan kaum lelaki. Hakikat paling penting seorang ibu harus berpengetahuan tidak lain adalah untuk digunakan dalam membesarkan anak-anaknya. Karna menurut saya nasib generasi selanjutnya ada di tangan sang Ibu.




Rabu, 19 Mei 2010

Facebook, twitter, dan teman-temannya toh...

Dengannya, hidup adalah rutin, tanpanya, hidup tak tertahankan - Harper Lee

Yes, maybe kalimat itu sangat cocok untuk orang-orang masa kini yang tak bisa hidup tanpa Sosial media atau media sosial atau apalah itu namanya. Maksud saya, facebook, twitter, friendster(eh masih kah?), plurk, atau web-web 2.0 (atau 0.2 ya)? huehhehh! Saya pun begitu, Ish! Anda juga kan? Ayolah, ngaku aja mamenn...

Dengan semakin mudah dan murahnya fasilitas untuk mengakses internet membuat hal itu berjalan semakin mulus (Saya, heran. Sekarang orang jualan handphone atau jualan alat buat FB-an sih? Curiga, kalo jualan barang yang bentuk hp tapi ga bisa buat nelpon dan sms tapi bisanya FB-an doang juga bakal laku, atau sudah ada malah barang kayak gitu? Ampun!). Everytime, everywhere, everybody, every apa lagi? Pokoknya semuanya deh bisa! Tua muda, kaya miskin, gunung (gunung ya, bukan desa) kota!

So? intinya lo mau ngomong apa Wawajie?

Ehehehh, Kebanyakan intro ya? Ya maap, blog, blog saya juga! Sebenernya ada beberapa pertanyaan yang menghinggapi benak saya:
  1. Apa sekarang buku diary masih laku ya *ngelirik diary kuning berdebu gw*? Ya secara, orang-orang pada dapat tempat curhat baru. Hello?? Lagi boker sambil fesbukan trus bokernya warna kuning dan agak encer aja dicurhatin ke facebook, owh... too much information! Kalau dulu, buku diary sampai ada yang bergembok saking ga maunya dibaca. Now? Ya begitulah! Saya jadi merasa, orang-orang sekarang lebih terbuka ya daripada orang-orang jaman dulu? Orang jaman dulu jangan tersinggung :D
  2. Apakah obrolan Anda di dunia facebook, twitter, dll sama dengan yang anda obrolkan di dunia nyata? Kalau saya sih plin-plan, kadang ya kadang tidak. Terkadang malah mengobrol dengan teman di dunia maya lebih akrab daripada ngobrol di dunia nyata? Biasanya sih kalau saya lebih akrab di dunia nyata tidak begitu sering berkomunikasi di media sosial begitu pula sebaliknya. Tapi bisa juga, memang tak akrab baik di dunia maya maupun dunia nyata. Itu saya loh, tak tahulah kalau Anda!
  3. Apakah penderita insomnia semakin banyak seiring dengan maraknya media sosial? Saya sih merasanya begitu.
  4. Baru tahu kalau mengobrol dengan orang yang jauh (dalam artian jarak) itu mungkin lebih mengasikkan daripada mengobrol dengan teman di depan mata. Ya..ya.. ini juga terjadi sama diri saya sendiri *tampar wajah sendiri*. Tidak sedikit pemandangan yang saya temui seperti ini: Ada 2 orang atau lebih, sedang duduk bareng satu meja, masing-masing sedang sibuk mencet-mencet keypad atau sentuh-sentuh layar bagi yang gadgetnya touchscreen. Lah? baku bombe' ko kah semua? Oh teman, maafkan saya kalau saya juga suka kayak gitu. Saya sudah mulai mengurangi kok! Tanya deh teman-teman saya yang jalan bareng tadi sore :D. Mungkin ada benarnya istilah ini (maaf, lupa sumbernya) : Handphone, mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat! (Handphone bisa diganti apa saja, tergantung gadget Anda)
Tapi, tapi, manfaatnya media sosial kan banyak juga... Iya,iya, banyak! Banyak banget malah. Saking banyaknya saya jadi pusing mau nulis apa, yang jelas banyak!

Catat di kaki:
- Baku bombe' ko kah semua? = Lagi pada marahan ya semua? (Bahasa gaul Makassar ;P)





Senin, 17 Mei 2010

Tas Belanjaku Toh...


Hahahh... Mau curhat dulu sebelumnya, tadi saya dari supermaket. Niatnya sih, cuma mau beli satu item yang sekarang gw lagi keranjingan, ehh... malah beranak pinak tuh belanjaan. Dem! *nglirik kalender*

Kembali ke topik. Saya sih kalo mau dibilang, tergolong orang yang sok-sok peduli sama lingkungan. Kenapa sok-sok? Ya, karena pedulinya niat ga niat, alias setengah-setengah. Yah, mending peduli setengah-setengah, daripada ga peduli sama sekali. Nah, dalam rangka niat peduli setengah-setengah ini, kalau saya niat belanja saya selalu membawa kantong belanja sendiri. Kenapa? Ya itu tadi, saya sedikit peduli dengan sampah plastik. Walaupun saya tidak bisa menghindar dari menghasilkan sampah plastik, paling tidak saya mencoba mengurangi sampah plastik yang saya hasilnya. Seperti kata Aa Gym, mulailah dari yang kecil, mulailah dari sekarang, dan mulailah dari diri sendiri, hehehh!


Di tempat-tempat belanja sekarang juga sangat marak tuh kampanye-kampanye untuk mengurangi sampah plastik. Sambil kampanye, sambil jualan tentu saja. Iya, jualan tas yang bisa dipakai berulang-ulang buat belanja, bahannyanya pun 'katanya' ramah lingkungan. Yah, saya sih setuju-setuju aja kalo dengan alasan seperti itu. Pernah, suatu hari saya membeli tas 'ramah lingkungan' di sebuah supermaket. Pas sudah sampai di kasir, mba kasirnya tanya "Mb, ini mau langsung dipakai atau pakai plastik dulu?", dan dengan agak bingung saya menjawab "Ya dipake sekarang lah mb, buat apa saya beli kalo ga dipake!". Sambil senyum mb kasir menjawab "Iya mb, soalnya banyak yang beli tas ini tapi ga langsung dipake. Pada tetep minta tas kresek dulu", Saya "*tepok jidat*"

Lain lagi sama cerita ibunya teman saya. Beliau tetap meminta tas plastik kalau belanja (walaupun punya tas 'ramah lingkungan') dengan alasan "Lumayan mb plsstiknya, buat alas tempat sampah", Jyahhh....

Nah, kalau ga bawa tas belanja sendiri dan belanjaan ga banyak-banyak amat dan muat di tas, saya lebih memilih ga usah pake kresek. Belanjaannya langsung masuk tas aja. Tapi, liat-liat juga barangnya, jangan beli pecel lele bungkus, trus sok2an ga pake kresek trus langsung masukin tas. Bau, bau deh tuh tas, hehehehh! *makan di tempat aja kalo gitu... :P*

Yah, semuanya memang terserah Anda. Memilih untuk repot sedikit bawa kantong sendiri atau memakai tas plastik yang sudah disediakan dan sekalian buat alas tempat sampah. Kalau saya sih, memilih repot sedikit :D.