Siapa dulu yang waktu masih kecil sering dibilangin “Kamu ga liat itu anak2 di Afrika banyak yg kelaparan tapi kamu malah ga habis makannya”. Alhamdulillah saya kayaknya nda, nasi ku selalu habis. Makan nasi lauk gula pasir aja habis kok. Banyak makan sejak dulu, hahahah.
Kalau sedang mendapat keberuntungan atau hal-hal yang baik bersyukur tuh seperti otomatis. Tapi kalau lagi biasa-biasa aja atau malah dapat musibah, bersyukur juga ga?
Bersyukur sambil melihat ke bawah. Seberapa sering sih kita kalau sedang di titik terendah kehidupan *halah*, kita sering diingatkan atau mengingatkan diri sendiri kalau masih banyak manusia yang hidupnya jauh lebih susah atau lebih menderita dari kita? Kalau lagi mikir “Yaelah, hidup kok gini-gini aja ya?”, kemudian ada yg berbisik “Hey, kamu harus bersyukur. Banyak wanita di luar sana yang pengen kerja tapi ga dibolehin sama suaminya”. Atau kebalikannya, ibu-ibu yang sudah butek ngurusin kerjaan domestik kayak Mpok alfamart mungkin ada yang bisikin “Hey, kamu harus bersyukur, banyak jomblo di luaran sana yang pengen nikah tapi, ah sudahlah” *Iyaaa, saya nda tersinggung...
Makanya itulah saya kadang mikir, kalau saya jadi anak Afrika atau Papua yang bisa terancam mati karena kelaparan kapan saja, saya bersyukurnya gimana ya?
Padahal Allah bilang loh “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku akan sangat berat”
Bisakah kita bersyukur tanpa melihat ke bawah? Bersyukur sambil tetap memandang lurus. Bersyukur tanpa embel-embel. Be grateful with no terms and conditions.
Bersyukur yang tulus kepada Sang Pencipta.
Belajar ah sekarang, sedikit-sedikit. Pelan-pelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar