Sabtu, 18 Februari 2012

Tentang Ulasan Tempat Makan

Haloo...

Pukul 12 pm waktu kamar waktu saya mulai menulis ini. Sudah mencuci, nyapu, ngepel (iya, kata dokter sering-seringlah mengepel gaya Inem pelayan seksi jika sudah dekat HPM~ hari perkiraan melahirkan), makan, minum, bersih2 rumah Rangga. Belum mandi.

Ok, ini tentang ulasan tempat makan. Lebih tepatnya, ulasan tentang ulasan tempat makan. Bingung ga? Ga~~~

Seberapa sering Anda mencari tahu melalui internet tentang sebuah tempat makan sebelum mengunjunginya? Kalau saya tidak terlalu sering. Ya secara tempat makan saya sehari-hari adalah warung prasmanan dekat kosan -yang tak perlu baca ulasan dulu karena tempatnya ramai, harganya murah jadi ga rugi-rugi amat kalau ga enak tapi ternyata Alhamdulillah enak-, kantin kampus, atau masak sendiri. Pun kalau makan di tempat-tempat agak mahal -mahal bagi penulis adalah makanan dengan harga >10.000 rupiah. Camkan itu!- biasanya ke tempat makan yang sudah biasa saya kunjungi atau kalau mencoba tempat makan biasanya dari rekomendasi temann.

Mencari review tempat makan saat ini semudah mengetiknya di mesin pencari lalu pencet enter. Mudah sekali bukan? Bukan~~~ ya tapi itu, di balik kesulitan pasti ada kemudahan dan di balik kemudahan pasti ada kesulitan. Maksudnya, dengan kemudahan mencari ulasan tersebut Anda akan menemukan (sedikit) kesulitan di baliknya.

  • Kesulitan #1 : Selera setiap orang berbeda-beda. Nah lo, ada yang bilang enak ada yang bilang ga enak. Ada yang bilang pelayanan memuaskan tapi banyak juga yang bilang waiternya tidak ramah. So, bagaimana mengatasi kesulitan ini? Aku pun bingung. Pada beberapa ulasan tempat makan yang saya baca, dituliskan: rumah makan x ini pelayanannya sangat tidak ramah tapi waktu saya pernah ke sana ternyata ramah tuh. Mungkin solusinya adalah dengan berkunjung langsung *haissshhh. Begini, sebenarnya sekali kunjungan itu menurutku belum bisa menggambarkan secara umum. Mungkin, ketika Anda berkunjung, Anda sedang kurang beruntung. Pas masak, gas di dapur restoran habis dan ternyata gas sedang habis di mana-mana. Kayu bakar, minyak tanah, arang, semua habis. Maka jadinya pesanan Anda sangat lama karena dimasak dengan tenaga matahari yang siang itu sedang mendung. Yah makanya, setiap tempat makan selalu dituntut untuk sempurna setiap hari. Sekali saja Anda mengecewakan dan customer Anda comel, itu akan sama saja bahwa Anda mengecewakan sejak awal.

  • Kesulitan #2 : Murah dan mahal itu relatif. Aih, ini sensitif banget ini bagi saya yang mengatakan bahwa mahal adalah >10.000 rupiah. Padahal kalau ada steak wagyu yang harganya 10.500 ( You wish Wa! 10ribu per sekali kunyah mungkin!) kan tergolong murah. Atau ada nasi+tahu 1 biji harganya 7500 ya mahal. Nah, di beberapa ulasan yang tidak mencantumkan harga dan hanya mengatakan bahwa harganya cukup murah dan terjangkau, sebaiknya dicari tahu dulu berapa kisaran harga di situ. Akan lebih baik kalau tau kisaran harganya. Kan ga enak kalau sudah bawa uang 10 juta, ternyata harga makanannya cuma 5000 rupiah? Mau diapakan 9.995.000 rupiah sisanya? Kalau dikembalikan ke mama papah nanti mereka marah "kok duit jajannya ga dihabisin? Hah?"
Kalau menurut saya, jangan terlalu berpedoman pada ulasan-ulasan di internet. Selera kita berbeda-beda walaupun kita satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Merdeka!

Waktu menunjukkan pukul 9.35pm waktu tulisan ini akan diterbitkan. Sudah mandi, makan 2 kali, main sama Rangga, sit up 10 x, angkat jemuran, nonton 2 film, gulung-gulung di lantai, dan beribadah tentu saja. Luar biasa. Astaghfirullah, mentang-mentang artikel kali ini agak menyenggol soal makanan makanya sengaja digaring-garingkan. Luar biasa garingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar