Kemarin sore, ketika saya di dapur, ceritanya mau masak Mie Goreng Keriting Spesial (komplit dah tuh), anak mb yang kerja di kosan saya datang mengampiri. Sebenarnya bukan menghampiri saya sih, tapi menghampiri emaknya yang juga lagi di dapur bareng saya. Pemandangan baru yang saya temukan, ternyata di mulut anak itu sedang menempel mpeng (pacifier kalo bhs. jawanya). "Loh? kok kamu ngempeng Nan?" tanya saya kepada sang anak, walaupun tau ga bakalan dijawab sama Si anak. Dan tentu saja yang menjawab si Ibu "Iya mb, itu dia ngambil sendiri". Haiyah... mana mungkin dia ngambil sendiri, pasti dikasih lah sama ibunya. Sebenarnya, saya tidak terlalu mempermasalahkan anak itu mau ngempeng atau tidak. Itu bukan urusan saya juga. Oh iya, anak itu berusia lebih kurang 2 tahun.
Lanjut cerita,
Ketika saya memasak, sang Ibu kemudian berkata kepada si Anak "Nan... sini dulu itu mpengnya, ta' kasih air panas sek!". Dalam pikiran saya "Yah, telat atuh mb! Itu sudah masuk mulutnya dari kapan. Tapi gpp lah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali". Seperti yang sudah kita ketahui, dot atau empeng memang harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air panas atau bahkan direbus beberapa menit untuk menmbunuh kuman-kuman yang menempel. Oleh karena anak sangat rentan terhadap kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
Nah, saat sang Ibu merendam mpengnya ke air panas, saya iseng-iseng dah tuh tanya "Mb, kok ditaruh digituin sih mpengnya?" dan langsung dijawab "Iya mb, biar lunak. Ini kan agak keras toh mb, biar lebih empuk ntar". Alamakjang... untung gw ga pingsan di tempat!
Sebenarnya, saya agak-agak miris dengan peristiwa di atas. Betapa masih kurangnya pengetahuan seorang ibu dengan hal-hal yang penting seperti itu. Padahal ini saya lokasinya di daerah yang bisa dibilang kota loh!
Tak usahlah muluk-muluk pendidikan seorang perempuan harus tinggi untuk tidak didiskriminasi dan mempunyai posisi yang sama dengan kaum lelaki. Hakikat paling penting seorang ibu harus berpengetahuan tidak lain adalah untuk digunakan dalam membesarkan anak-anaknya. Karna menurut saya nasib generasi selanjutnya ada di tangan sang Ibu.