Wow, draft
yang sudah hampir seminggu tak kulanjutkan karena ya ku malas. Bukan cuma malas
sih sebenarnya tapi sekarang ga jago nulis panjang-panjang. Hiks. Seringnya
nulis status wasap doang sih satu-dua kalimat. Hhhhhh.
Karena habis
nonton film Milly-Mamet yang sangat relate
sama topik tulisan ini trus ditambah lagi ini adalah Hari Ibu Nasional jadilah
kepikiran sama tulisan ini. Oh iya, tambah ke-trigger pengen nulis lagi karena
liat postingannya Tasya Kamila ttg kehamilan dia dan pertanyaan “Tasya kan
sekarang hamil, merasa pendidikannya sia-sia gak sih?”. Wow, sunggu pertanyaan
yang sangat dangkal pengen ku-sleding kepala sang penanya. Hubungannya
kehamilan sama pendidikan yang sia-sia apa malih di kehamilannya Tasya ini? Sungguh ku heran.
Perdebatan
tentang IRT VS Ibu Bekerja ini sepertinya topik yang akan terus ada sampai
kiamat deh. Pokoknya tunggu ke-trigger
aja pasti akan dibahas lagi dan lagi.
Topik ini
sempat ramai di twitter sekitar seminggu lalu karena posting-an gambar wanita muslim bertoga dengan tulisan “Nanti Setelah
Menikah, Kamu Maukan Jadi Ibu Rumah Tangga – Ikhlas gelar sarjananya nggak
kepake? Ridho kalau kamu dirumah jaga anak-anak, dan menjadi sebaik-baiknya
madrasah bagi mereka?”. Banyak yang ga setuju ternyata dan memberi komentar
yang cukup keras pada postingan tersebut. Padahal ya kalau ga setuju ya tinggal
jawab aja ya, ga mauuuu, hahahahah.
Dan ternyata
IRT VS Ibu Bekerja ini bukan hanya di Indonesia loh yaaa. Di luar
sana juga ada orang-orang yang memperdebatkan masalah ini. Dan entah mengapa, ku lebih terganggu liat flow chart ini dibanding postingan "Setelah menikah mau kan jadi ibu rumah tangga?".
Sumber gambar: Boredpanda.com
Jadi, menurut saya yang sebenarnya ganggu itu adalah orang-orang yang nge-judge ibu-ibu dengan pilihan hidup mereka masing-masing, menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja.
Oh iya, saya juga mau ngutip kata-katanya mb Tunggal Pawestri "Stigma-nya yang harus dibongkar terus. IRT dianggap tak berdaya tapi mulia. Lalu working mom dianggap gak bisa urus anak dan gak bisa jadi 'madrasah' bagi anak. Kedua stigma ini sama-sama kudu dipreteli."
Yup, betul sekali. Ibu bekerja sering kali dianggap ga bertanggung jawab karena lebih milih pekerjaan dan karir dibanding urus anak sendiri, sedangkan ibu rumah tangga sering dinilai lemah, cuma bergantung pada suami, dan menyia-nyiakan gelar pendidikan. Ayo, adakah yang masih ber-stigma seperti ini terhadap ibu-ibu di luar sana?
Intinya buat ibu-ibu masa kini semangat ya! Jangan pusingi komentar-komentar julid di luar sana dan jangan lah pula julid ke sesama ibu-ibu yang memilih "jalan" yang berbeda dengan kalian. Jadi ibu itu sudah berat kan ya? Jadi tak perlu ditambahkan dengan komentar atau sindiran tentang menjadi IRT atau Ibu Bekerja. Who are we to judge?
Btw, mumpung tadi sempat nyinggung Milly Mamet, (spoiler alert) saya sebenarnya agak kurang setuju sih sama Mamet waktu dia marah sama Milly karena telat pulang kantor (di mana kebetulan bayinya lagi rewel jadi bapaknya bingung) dan bilang "Kamu harusnya diam aja di sini" (cmiiw yah, agak lupa dialognya). Padahal kan sebenarnya Mamet sudah ngizinin untuk Milly kerja lagi. Sudah gitu aja.